Jakarta - Tingginya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah ikut membebani sejumlah proyek infrastruktur yang memiliki bahan baku impor. Kontraktor pun meminta adanya eskalasi atau penyesuaian harga proyek kepada pemerintah.

Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan tingginya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah mempengaruhi nilai proyek yang memiliki material impor. Hal itu dinilai memberatkan bagi kontraktor.

"Ya tentu (memberatkan) untuk (proyek) yang material-material impor ya tentu," jelasnya kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
 


Pundjung mengatakan, saat ini pihaknya selaku kontraktor berupaya untuk menggunakan material dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang lebih besar. Walau begitu, kata dia, tetap ada saja proyek-proyek yang harus menggunakan bahan baku impor.

"Misalnya kalau di (proyek) kereta, kan ada pekerjaan signaling sistem. Itu kan masih, teknologinya masih teknologi luar," jelasnya.

Oleh sebab itu, Pundjung berharap pemerintah bisa melakukan eskalasi serta kompensasi terhadap para kontraktor yang sedang menggarap sejumlah proyek dengan tingkat material impor yang tinggi.

"Harapannya satu, tentunya ada kompensasi dan eskalasi, harapannya kan gitu. Karena ini kan di luar ekspektasi kita semua. Jadi supaya kita juga tetap bisa, eskalasi dimungkinkan untuk menghadapi isu ini," kata dia.
 


"Kedua, kita berusaha menempatkan TKDN semaksimal mungkin. Supaya ketergantungan impor yang sangat rentan terhadap pasar bisa kita minimalisir," jelas Pundjung